Aksi Nyata Modul 3.1.

Pengambilan Keputusan Kasus Dilema Etika

 Rasa Keadilan Lawan Rasa Kasihan 

(Justice vs Mercy)

(Reni Ulviyani – CGP Angkatan 2 Kab. Kebumen)


A. PERISTIWA (FACTS)

1. Latar Belakang

Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas pada satuan pendidikan di bawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kebumen mulai diterapkan pada tanggal 6 September 2021 secara serentak. Kegiatan pembelajaran tatap muka tersebut dilaksanakan dengan ketentuan 50%. Artinya dalam melaksanakan proses pembelajaran hanya separuh dari jumlah siswa yang dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah, dan selebihnya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara bergantian. 

Setelah dilaksanakan kurang lebih satu bulan dilaksanakan PTM terbatas banyak muncul permasalahan yang terjadi di kelas yang saya ampu. Salah satu masalah yang muncul yaitu ada satu siswa yang sama sekali belum pernah berangkat PTM di sekolah dan sangat jarang sekali mengerjakan tugas maupun absensi saat PJJ berlangsung. Berdasarkan informasi yang telah didapatkan ternyata anak tersebut tinggal hanya bersama dengan neneknya yang sudah renta. Ibunya berada di Jakarta, sedangkan ayahnya tidak jelas identitasnya. Namun sekarang, ibunya sudah menikah kembali, akan tetapi dapat dikategorikan tidak pernah pulang ke rumah. Bahkan, saat anak tersebut ditanya kapan terakhir bertemu dengan orang tuanya, jawabannya sangat mengejutkan. Ia sudah sangat lama tidak bertemu dengan ibu. Komunikasi melalui WA pun juga tidak pernah berlangsung sehingga dapat dikatakan orang tuanya tidak pernah mengurusi anak.

Kondisi yang rumit tersebut mengakibatkan motivasi belajar yang sangat rendah dan malas/enggan untuk belajar. Akibatnya tugas-tugas sekolah tidak dikerjakan, dan akhirnya menjadikan siswa sangat malas tidak pernah berangkat ke sekolah saat PTM terbatas berlangsung.

2. Alasan Melaksanakan Aksi

Berdasarkan fakta yang ada, kasus tersebut merupakan dilema etika. Pada satu sisi, guru harus memilih apakah tidak memberikan nilai kepada murid tersebut karena yang bersangkutan tidak mengerjakan tugas. Konsekuensinya murid tersebut dapat dipastikan tidak berhasil dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini sesuai dengan prinsip rasa keadilan (justice) dimana semua murid yang belum menyelesaikan tugas dalam pembelajaran seharusnya tidak mendapatkan nilai. Namun, prinsip ini bertentangan dengan rasa kasihan (mercy) mengingat kondisi murid tersebut tidak mendapatkan haknya sebagai anak dalam hal pengasuhan dan pendidikan di lingkungan keluarga. 

3. Hasil Aksi Nyata

Permasalahan tersebut telah ditempuh dengan berbagai cara. Diantaranya dengan melakukan diskusi pribadi dengan murid tersebut melalui home visit, berkolaborasi dengan murid yang menjadi teman dekatnya, membangun hubungan komunikasi yang baik dengan wali murid (nenek), meminta pertimbangan dengan rekan sejawat, serta konsultasi dan koordinasi dengan kepala sekolah.

 Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan salah satu peran yang harus dijalani oleh seorang guru. Pengambilan keputusan yang tepat akan mampu mengakomodir seluruh kepentingan warga sekolah terutama murid. Keputusan yang tepat dapat diperoleh dengan melakukan langkah-langkah pengujian dan pengambilan keputusan melalui tahapan berikut ini. 

1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan.

Prinsip keadilan (justice) lawan rasa kasihan (mercy) dimana murid tidak mengerjakan tugas pembelajaran seharusnya tidak mendapatkan nilai. Ataukah guru tetap memberikan nilai mengingat kondisi murid tersebut tidak mendapatkan haknya sebagai anak dalam hal pengasuhan dan pendidikan di lingkungan keluarga. 

2) Menentukan siapa yang terlibat.

Dalam kasus ini yang terlibat diantaranya murid, guru, dan wali murid (nenek).

3) Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan.

Murid tersebut sama sekali belum pernah berangkat PTM di sekolah dan sangat jarang sekali mengerjakan tugas maupun absensi saat PJJ berlangsung.

4) Pengujian benar/salah terhadap situasi tersebut.

a) Uji legal. Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut?

Berdasarkan uji legal, tidak ada pelanggaran dalam kasus tersebut.

b) Uji regulasi. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut?

Pada kasus tersebut tidak ada pelanggaran peraturan/kode etik.

c) Uji intuisi. Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? 

Pada kasus tersebut mungkin ada hal-hal yang akan membuat guru dicurigai. Apabila ada wali murid yang kritis maka akan protes jika mendapatkan nilai yang sama dengan lainnya karena anak tersebut tidak aktif dalam mengikuti PJJ maupun PTM.

d) Uji halaman depan koran. Apabila keputusan tersebut dipublikasikan di halaman depan koran, apakah merasa nyaman? 

Jika permasalahan tersebut dipublikasikan baik di koran ataupun menjadi konsumsi masyarakat, merasa tidak nyaman dan dapat dicap sebagai guru yang tidak adil. 

e) Uji panutan. Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola dalam situasi ini?

Kemungkinan besar, panutan/idola saja juga akan memberikan nilai sesuai KKM yang ada. 

5) Pengujian paradigma benar lawan benar.

Kasus tersebut tergolong dilema etika bagi seorang guru. Benar jika murid tidak mengerjakan tugas maka anak tersebut tidak mendapatkan nilai. Tetapi benar juga jika guru tetap memberikan nilai mengingat kondisi murid tidak mendapatkan haknya sebagai anak dalam hal pengasuhan dan pendidikan di lingkungan keluarga karena rasa kasihan yang dimiliki oleh guru.  

6) Prinsip resolusi.

Berdasarkan prinsip penyelesaian dilema etika, maka termasuk berpikir berbasis rasa peduli.

7) Investigasi opsi trilema

Meminta wali (nenek) untuk mengambil alih fungsi pengasuhan dan pengawasan terhadap anak tersebut. Selain itu memberikan motivasi dan semangat untuk mengikuti PTM dan mengerjakan minimal 3 tugas yang diberikan oleh guru saat PJJ. 

8) Membuat keputusan

Keputusan yang akan saya ambil adalah tetap memberikan nilai kepada murid tersebut dengan catatan harus mengerjakan minimal 3 tugas yang diberikan oleh guru saat PJJ dan mengikuti PTM terbatas.

9) Melihat kembali keputusan dan refleksikan.

Keputusan yang diambil oleh guru sudah tepat yaitu tetap memberikan nilai sesuai KKM dengan melihat kondisi murid di keluarganya yang sangat minim dalam memberikan perhatian serta memberikan syarat kepada murid.

Selanjutnya agar pengetahuan dan praktik baik yang sudah dilakukan dalam oengambilan keputusan ini dapat ditransfer kepada rekan sejawat lainnya maka saya akan melakukan koordinasi dengan kepala sekolah untuk memfasilitasi kegiatan tersebut melalui komunitas praktisi CIKA Basarda di sekolah tempat saya bertugas.


B. PERASAAN (FEELINGS)

Melalui kegiatan ini, saya merasa tertantang dalam menyelesaikan kasus dilema etika dimana lebih dominan kepada rasa kasihan dibandingkan dengan saya harus bersikap adil, berempati kepada murid dengan menemui wali secara langsung menjadi tahu kondisi nyata yang ada di lapangan. Ternyata beberapa fungsi keluarga seperti pengasuhan, pengawasan, dan pendidikan yang tidak berjalan dengan baik di keluarganya. Selain itu, saya merasa senang dengan berbagi praktik baik terkait pengambilan keputusan yang berpihak pada murid kepada rekan sejawat di dalam komunitas belajar CIKA Basarda.


C. PEMBELAJARAN (FINDINGS)

Pembelajaran yang didapatkan dari kegiatan aksi nyata ini adalah bahwa sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan berdasarkan naluri atau aturan saja akan tetapi sangat perlu dengan mempertimbangkan kondisi nyata murid di keluarganya.  Hal tersebut dilakukan karena tidak semua murid berasal dari keluarga yang senantiasa mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Jika murid tidak mengerjakan tugas alangkah baiknya kita sebagai guru terlebih dahulu mencari tahu penyebabnya.


D. PENERAPAN KE DEPAN (FUTURE)
Penerapan pengambilan keputusan pada kasus yang mengandung dilema etika mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan dianalisis dengan 9 pengujian pengambilan keputusan yang terus diasah dan dipraktikkan di sekolah. Kemudian direfleksikan dengan melibatkan kepala sekolah, rekan sejawat, serta murid sebagai bagian yang paling terdampak dari keputusan yang kita ambil.


E.    DOKUMENTASI AKSI NYATA
Berikut ini adalah beberapa dokumentasi yang diambil dalam kegiatan aksi nyata modul 3.1.

Foto 1. Berdiskusi dengan siswa secara pribadi melalui home visit

Foto 2. Berdiskusi dengan wali siswa melalui home visit


Foto 3. Berkolaborasi dengan siswa yang menjadi teman dekat

Foto 4. Meminta pertimbangan dengan rekan sejawat


Foto 5. Berkonsultasi dan berkoordinasi dengan kepala sekolah


Foto 6. Melakukan pendekatan dengan siswa ketika sudah mengikuti PTM

Foto 7. Kegiatan berbagi praktik baik terkait pengambilan keputusan yang berpihak
pada muridkepada rekan sejawat di dalam komunitas belajar CIKA Basarda



Salam dan bahagia


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1.

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2.

Koneksi Antar Materi Modul 3.2