Koneksi Antar Materi Modul 2.3

 

Kesimpulan dan Refleksi Peran Coach di Sekolah

 dan Keterkaitannya Dengan Materi Pembelajaran Berdiferensiasi

dan Pembelajaran Sosial Emosional

 

oleh Reni Ulviyani

CGP Angkatan 2 Kab. Kebumen

 

Fasilitator: Suhartutik                              

Pendamping Praktik: Bambang Cahyono

 

A.     Coaching dalam Konteks Pendidikan

Menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara, tujuan pendidikan adalah menuntun tumbuhnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Peran coach dalam dunia pendidikan yakni menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Coaching menjadi salah satu proses menuntun belajar murid agar dapat mencapai kekuatan kodratnya. Sebagai seorang pamong, guru dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak dapat terlihat dari dirinya.

Coach sangat dibutuhkan di sekolah untuk mengarahkan semua warga dalam komunitas agar dapat memaksimalkan potensi merena dan memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya. Adapun peran guru sebagai coach di sekolah diantaranya: 1) guru sebagai pendidik perlu memiliki keterampilan coaching sehingga dapat memaksimalkan potensi murid dengan memperhatikan kebutuhan anak didik; 2) dalam proses coaching, murid diberikan kebebasan, namun pendidik sebagai pamong memberikan tuntunan serta arahan; 3) melalui proses coaching, guru dapat membantu murid untuk dapat mencapai tujuannya dengan merdeka belajar.

Masih terkait dengan kemerdekaan belajar, proses coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan yang reflektif dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam yang akhirnya murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya.

Murid kita di sekolah tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan potensi  inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching.

Coaching, memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. JIka proses coaching berhasil dengan baik, masalah-masalah pembelajaran atau masalah eksternal yang mengganggu proses pembelajaran dan dapat menurunkan potensi murid akan dapat diatasi.

 

B.      Perbedaan Coaching, Konseling, dan Mentoring dalam Konteks Pendidikan

Berikut ini merupakan pengertian mentoring dan konseling.

1.  Definisi mentoring

Stone (2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Sedangkan Zachary (2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk membuat perubahan.

2.  Definisi konseling

Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers (1942) dalam Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.




C.     Komunikasi yang Memberdayakan

Ada empat aspek yang perlu dipahami dan dilatih untuk mendukung praktik coaching.

1.      Komunikasi Asertif

Berkomunikasi secara asertif akan membangun kualitas hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak. Kualitas hubungan yang diharapkan dibangun atas rasa hormat pada pemikiran dan perasaan orang lain.

Dalam coaching, sebagai seorang coach kita akan menghendaki adanya hasil yang dicapai dan ada kalanya coachee kita (murid) merasa tidak suka atau merasa ragu serta tertekan dengan komunikasi yang hendak dibangun. Karenanya, sebuah pemahaman komunikasi asertif perlu dibangun agar timbul rasa percaya dan aman. Ketika rasa aman itu hadir dalam sebuah hubungan coach and coachee, maka coachee akan lebih terbuka dan menerima ajakan kita untuk berkomunikasi. Keselarasan pada tujuan mulai terbangun.

2.   Pendengar Aktif

Seorang coach yang baik akan mendengar lebih banyak dan kurang berbicara. Dalam sesi coaching kita perlu fokus bahwa pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni murid kita. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada dipikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.

Tantangan kita ketika mendengarkan ada pada kemampuan kita menangkap pesan yang disampaikan lewat ragam gaya komunikasi mereka. Karenanya, kita juga perlu mengerti beberapa teknik mendengarkan aktif, sehingga kita mampu menangkap pesan-pesan yang disampaikan.




3.   Bertanya Efektif

Bertanya pada proses coaching merupakan kemampuan bertanya dengan tujuan tertentu. Bukan sekedar jawaban singkat yang diharapkan, namun pertanyaan yang diberikan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan potensi diri.

4.  Umpan balik positif

Umpan balik dalam coaching bertujuan untuk membangun potensi yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya. Coachee memaknai umpan balik yang disampaikan sebagai refleksi dan pengembangan diri. Secara khusus diberikan pada coachee ketika dalam process coaching, ada hal-hal yang tidak terduga muncul atau hasil dari coaching ini berbeda dari yang coachee pikirkan. Dorongan positif diperlukan agar coachee meneruskan hasil coaching ini sampai pada tahap aksi.

 

D.     Coaching Model TIRTA

Dalam proses coaching, hal yang penting diingat yaitu tujuannya agar dapat melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Berikut ini penjelasan TIRTA.

  1. Tujuan Umum (biasanya ini ada dalam pikiran coach dan beberapa dapat ditanyakan kepada coachee),  coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini.
  2. Identifikasi, proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee.
  3. Rencana Aksi, coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
  4. TAnggungjawab, komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.


E.     Keterkaitan antara Modul 2 dengan Pembelajaran Sebelumnya

        Pembelajaran Berdiferensiasi yaitu sebuah kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi siswa agar dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pendidik berkewajiban untuk dapat memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dengan cara terbaik sesuai dengan karakter masing-masing. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, murid tidak hanya dapat memaksimalkan potensinya tetapi juga dapat belajar tentang berbagai nilai-nilai kehidupan yang penting seperti menghargai indahnya perbedaan, mengenal potensi diri, kekuatan diri, sehingga mewujudkan merdeka belajar. Oleh karena itu, penting bagi seorang pendidik untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran diferensiasi ini dapat dilakukan dengan cara-cara yang memungkinkan guru untuk dapat mengelola dan memberdayakan potensi yang mereka miliki.

          Pembelajaran sosial emosional diawali dengan kesadaran penuh bahwa murid tidaklah cukup jika hanya mengembangkan kemampuan akademiknya saja, namun juga sangat perlu untuk untuk mengelola sosial emosionalnya agar dapat mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut tidaklah terlepas dari peran serta seorang guru. Sebelum guru dapat membantu murid, ia perlu memahami, mengelola, serta menerapkan pembelajaran sosial emosional dalam dirinya.

         

F.      Refleksi Terhadap Pemahaman Modul 2

Proses coaching dapat membantu profesi kita sebagai guru dalam menjalankan pendidikan yang berpihak pada murid. Coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah.  Mewujudkan murid untuk dapat merdeka dalam belajar dengan jalan mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya.

Murid tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan potensi inilah yang menjadi tugas seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching karena dapat menggali potensi murid sekaligus mengembangkan dengan berbagai strategi yang telah disepakati bersama. Jika proses coaching berhasil dengan baik, masalah-masalah pembelajaran maupun masalah eksternal yang mengganggu proses pembelajaran dan dapat menurunkan potensi murid akan dapat diatasi.

Melalui proses  coaching ini, sangat membantu saya sebagai seorang guru dalam menuntun segala kekuatan kodrat siswa sehingga dapat memperbaiki lakunya. Sehingga sebagai guru dapat mengarahkan murid untuk menggali potensi dan memaksimalkannya sehingga murid ampu memecahkan masalah yang dihadapinya serta dapat membantu murid memperoleh kemerdekaan belajar dalam pembelajaran di sekolah dengan mengaktivasi kerja otak murid dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang reflektif. Sehingga murid memiliki kesadaran diri untuk memaksimalkan potensinya.

 G. Rancangan Aksi Nyata

    Berikut ini, kami sertakan rancangan aksi nyata modul 2.3



Salam dan bahagia




 

 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1.

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2.

Koneksi Antar Materi Modul 3.2