AKSI NYATA MODUL 1.4
Implementasi Budaya Positif untuk Membangun Karakter
Siswa
oleh: Reni Ulviyani
SDN 2 Banjurpasar
A. Latar belakang
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut adalah dengan penanaman pendidikan
karakter. Keluarga dan sekolah merupakan tempat untuk menanamkan karakter anak.
Salah satu cara untuk menanamkan karakter yaitu dengan
menerapkan budaya positif. Membangun budaya positif yang melibatkan siswa di
sekolah pada masa ini tidaklah dapat dilakukan di masa pandemi. Hal ini
dikarenakan siswa melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Namun demikian, siswa
tetap dapat melaksanakan di rumah dan tentunya dengan pemantauan dari guru. Hal
ini membutuhkan suatu proses serta analisis kekuatan dan kelemahan, merancang
perubahan yang akan dilakukan serta langkah-langkahnya, dan siapa saja yang
akan dilibatkan dalam rancangan dan pembentukan budaya positif di rumah.
Berdasarkan analisis tersebut, maka untuk menjalankan
program ini sangat membutuhkan peran serta orang tua sehingga dapat membentuk
karakter siswa yang nantinya akan menjadi karakter pribadi. Melalui penerapan
budaya positif di rumah, diharapkan karakter anak terbentuk dengan maksimal. Pembentukan
karakter tentunya membutuhkan proses yang panjang dan memerlukan penguatan dari
berbagai pihak salah satunya yaitu guru. Dalam menerapkan budaya positif
tersebut, sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara, guru sebagai penuntun bagi siswa
dengan memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman, serta tetap berpihak pada
murid. Jadi, walaupun pembelajaran dilaksanakan dengan jarak jauh, akan tetapi
guru tetap memantau proses penanaman karakter anak di rumah.
B. Deskripsi Aksi Nyata
Sebagai langkah awal dalam menerapkan budaya positif
yaitu dengan membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan tersebut disusun dengan melibatkan
seluruh siswa. Sebenarnya kesepakatan kelas sudah sejak dulu dibuat bersama
dengan siswa, akan tetapi tidak didokumentasikan dan dipajang di kelas sebagai komitmen
bersama. Namun dalam pelaksanaannya siswa bersama dengan guru menaati kesepakatan
tersebut walaupun belum maksimal dalam pelaksanaannya.
Setelah mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak
dan mendapat materi terkait penerapan budaya positif, dalam menyusun
kesepakatan kelas dilakukan dengan langkah-langkah yang ada dan dilaksanakan
dengan cara berbeda. Pada saat pembuatan kesepakatan kelas dilaksanakan secara
tatap muka. Hal ini dikarenakan adanya kendala kepemilikan HP, kuota yang
terbatas, serta jaringan yang tidak mendukung.
Berikut ini
langkah-langkah yang saya lakukan dalam menyusun kesepakatan kelas adalah
sebagai berikut:
1.
Guru bersama dengan siswa membuat kesepakatan waktu
pelaksanaan pembuatan kesepakatan kelas. Kesepakatan tersebut dilaksanakan
melalui diskusi di grup WA.
2.
Guru menyampaikan tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Tujuan pertemuan tersebut yaitu menyusun kesepakatan kelas yang
akan berjalan di tahun ajaran yang akan datang. Selain itu, guru juga
memberikan motivasi akan pentingnya kesepakatan kelas.
3.
Guru bersama murid menentukan masalah yang
dihadapi di kelas, kemudian guru meminta pendapat murid baik secara personal,
kelompok, maupun survey kelas. Masalah yang dialami oleh siswa diantaranya
minimnya rasa kebersamaan antar siswa, tak jarang antar siswa saling membully, banyak siswa yang tidak mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan tertib, banyak yang tidak mengumpulkan tugas
dengan tepat waktu, dan kelas kotor.
4.
Guru menanyakan harapan dan ide murid untuk
dapat mencapai kelas impian. Masing-masing siswa menuliskan kelas impian mereka
pada sebuah kertas sticky note dan
dibacakan satu per satu kemudian dituliskan di papan tulis jika ada kesamaan
ide. Dari harapan-harapan tersebut, maka dapat ditariklah kesimpulan kelas yang
menjadi impian siswa.
5.
Berdasarkan kelas impian siswa, guru bersama
dengan siswa menyusun kesepakatan kelas dan dituliskan di papan tulis.
6.
Dengan bimbingan guru, siswa merancang poster
untuk dibuat kesepakatan kelas.
7.
Agar menumbuhkan rasa memiliki, maka dibubuhkan
tanda tangan semua warga kelas termasuk guru.
Kegiatan tersebut memberikan kebebasan dan kesempatan
kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya berkaitan dengan kelas impian
mereka. Guru juga memberikan apresiasi kepada siswa yang telah berani
menuliskan pendapatnya, membacakan ide, memberikan masukan/tanggapan dengan
cara memberikan penguatan seperti tepuk tangan, acungan jempol, kata-kata
penguatan seperti bagus, sip, dll.
Adapun respon siswa dalam berperilaku setelah
kesepakatan kelas terbentuk yaitu mereka menanggapi dengan baik, siswa sangat
semangat, serta mendukung kesepakatan kelas yang telah dibuat dengan sungguh-sungguh
dan penuh tanggung jawab. Hal ini dibuktikan dengan adanya penanda tanganan
kesepakatan kelas baik oleh siswa maupun guru.
C. Hasil dari Aksi Nyata yang Dilakukan
Penerapan
kesepakatan kelas ini belum dapat dipantau oleh guru dengan maksimal berkaitan
dengan tingkat efektivitasnya. Akan tetapi, guru sudah dapat melihat
karakter siswa dalam menerapkan kesepakatan kelas. Hal itu ditunjukkan dari
sebagian siswa telah dapat menerapkan kesepakatan kelas di rumah. Pendampingan
serta dukungan orang tua saat belajar dari rumah sangat berperan sekali dalam
membentuk karakter siswa.
Hal
ini dapat dilihat dari absensi siswa setiap harinya melalui link google form dengan tepat waktu,
mengikuti pembelajaran daring dengan baik, dan mengumpulkan hasil penugasan
harian baik secara daring maupun luring. Harapannya, budaya positif ini
dapat dilaksanakan secara kontinyu dan berkelanjutan baik saat daring maupun
tatap muka terbatas.
Melalui kesepakatan kelas inilah, budaya positif khususnya
kelas VI A di SDN 2 Banjurpasar akan dapat membentuk karakter siswa. Harapannya
akan tercipta pembelajaran yang menyenangkan yang berpihak pada siswa, sehingga
menciptakan iklim belajar untuk mewujudkan visi sekolah.
D. Pembelajaran yang Didapat dari Pelaksanaan
1. Kegagalan
Kendala yang masih dialami yaitu kendala kepemilikan
HP, kuota yang terbatas, dan jaringan yang tidak mendukung. Selain itu, siswa
dan orang tua mungkin sudah merasa bosan dengan pembelajaran daring sehingga
untuk menumbuhkan dan meningkatkan karakter siswa masih terkendala.
2. Keberhasilan
Siswa menunjukkan respon positif dan sikap antusiasme
yang tinggi dalam setiap kegiatan pembelajaran. Karakter siswa dalam
melaksanakan absensi harian melalui google
form, mengikuti pembelajaran daring dengan baik, serta mengumpulkan tugas
baik daring maupun luring. Dan hal ini telah mendukung perwujudan budaya positif
di kelas meskipun pembelajaran dilakukan secara daring.
E. Rencana Perbaikan untuk Pelaksanaan di Masa Mendatang
Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang
yang akan dilakukan yaitu:
1. Meningkatkan interaksi guru, siswa, dan orang tua di
luar jam pelajaran secara daring maupun luring.
2. Melakukan refleksi secara rutin atau evaluasi berkala
teradap pelaksanaan kesepakatan kelas.
3. Berbagi praktik baik untuk penerapan budaya positif
dengan rekan sejawat.
F. Dokumentasi Proses dan Hasil Pelaksanaan
Komentar
Posting Komentar